Untukmu yang Keseribu Kalinya

Seribu layang layang
Seutas tali harapan
Manapaki jembatan langit

Seribu bilah cinta
Dalam anyaman bambu rindu
Bergelora hasrat mencinta

Tidakkah kau mendengar?
Angin membawa rintih cintaku
Untukmu yang keseribu kalinya


***
060508

Read More...

Mengingat Angin

Mengingatmu angin, seperti mengulum permen coklat yang lengket. Manisnya tak pernah hilang meski tahun-tahun lenyap ditelan waktu.

Kalau mata ini terpejam, teringat saat kita berlomba menuju pucuk pohon Bakau. Lalu berayun-ayun menantang langit dalam ayunan ban bekas. Seakan-akan baru kemarin terjadi saat pohon bakau adalah rumah kita dengan daunnya sebagai atap dan langit sebagai saksi. Bila malam kita menerangi rumah kita dengan kerlip bintang-bintang. Mencoba membaca rasi bintang pari di tengah langit kelam dan debur ombak.

Bila siang menyapa, kita adalah Peter Pan tanpa serbuk peri. Dunia kita adalah Neverland tepi pantai berpasir putih. Tempat kita berburu bajak laut adalah muara sungai dimana anak-anak kepiting tunggang langgang menuju hidup di laut lepas. Lalu kita berenang-renang dengan sukacita mengiringi kepergian anak-anak kepiting.



Bila terik menyengat, kita menjadi putri-putri tidur yang terlelap dalam hutan. Beralaskan daun-daun kering, lalu terbangun tiba-tiba dengan kelinci di sisi. Tak lupa menatap matari yang diam-diam menyelinap pergi.

Angin, ingatkah Kau saat Kita berpiknik di atas atap rumah? Memetik buah-buah jambu merah ranum yang menggiurkan lalu dihukum memperbaiki genting yang pecah. Tepat saat hujan lebat melanda. Memakai jas hujan, kita saling menyalahkan sebab musabab genting pecah. Namun kita tetap menikmati hari dengan tawa.

Di lain hari, Kita adalah para petualang yang mencari emas permata. Gua-gua kita jelajahi, sungai-sungai kita arungi. Malah air terjun tempat Jaka Tarub mengambil selendang pelangi milik Bidadari kita temukan. Lalu berkelanalah kita memasuki dunia bawah tanah tempat Gorgoyle-gorgoyle bersarang. Stalaktit dan Stalagmit memancarkan cahaya magis. Menyedot segala kekuatan kita. Nun jauh di gua yang di dalamnya mengalir sungai yang diberi nama Grand Canyon oleh penduduk setempat.

Bila bosan menyapa, kita menjadi Robinson Crusoe yang terdampar di pulau terpencil. Berlari-lari di tengah pematang sawah sambil sesekali memetik pisang di pinggirnya. Lalu Kita mencoba membidik burung-burung dengan ketapel buatan tangan. Tak lupa Kita berloncatan di antara sekam seolah kita para pemain sirkus yang sedang berakrobat. Gatal-gatal tak berkesudahan malamnya menyiksa Kita. Itu pun tak mampu kurangi bisik cekikik malam hari.

Ah Angin, tahun-tahun berlalu begitu cepatnya. Mungkin saat ini Kau sedang menyusui putri kecilmu seraya menceritakan dua anak nakal yang berkeliaran sepanjang hari di pinggir sungai mencari teripang ditemani seekor kera, seekor kucing dan seekor kelinci.

Mungkin juga Kau sedang bercerita tentang senja yang mengendap-endap hadir saat kita menatap Batu Layar di tengah laut. Atau tentang terumbu karang berwarna kemerahan yang sangat indah saat kita berdua menyelam. Mungkin juga Kau sedang bercerita betapa nikmatnya menyantap puding rumput laut yang ditemani segelas besar es kopyor.

Dimana pun Kau berada, Aku akan selalu mengingatmu Angin. Seperti buih tak pernah lupa pada ombak.

***
27 April 08
Mengenang masa kecil bersama sepupu tercinta saat 1 bulan berpetualang dan berkeliaran di sepanjang pesisir pangandaran. Tepat saat putih merah berganti putih biru, dan putih biru berubah menjadi putih abu-abu.

Read More...

Mama

Mama
Kaulah keagungan dunia
Perantara Aku dan Sang Pemberi Hidup
Menjadikanku ada

Mama
Siang malam tak henti kau bermunajat
Merestui setiap langkah
Dengan kecupan di dahi

Mama
Kaulah ratu dalam hatiku*
Membuatku bening apa adanya

Mama
Ada dan tiada**
Setiap hela nafasku berisi namamu

Selalu


***
29 April 08
* A Song for Mama, Boyz II Men
** Bunda, Melly Goeslow

Read More...

Blogger Templates by Blog Forum