Medley dan Masa Lalu

Medley dan Masa Lalu
Teks by. Littleayas


Putaran waktu terus mengajakku berjalan. Menyusuri nasib. Terkadang di tengah jalannya banyak rintangan menghadang. Pun banyak penyesalan menghalangi. Seperti sebuah mikroorganisme yang berkembang. Dari dua menjadi empat lalu menjadi delapan. Seperti itulah penyesalan yang menghimpit rongga dadaku.

Penyesalan karena menolak satu permintaan dari orang yang paling kusayangi. Nenekku.

Jika saja aku bisa memutar ulang jalan hidupku, aku mau melakukan apa saja sekedar untuk singgah beberapa menit dai masa lalu ketika umurku beranjak 7 tahun. Masa dimana hidup yang seharusnya indah menjadi kelabu.

Ketika itu Nenekku, seorang tua yang kehilangan rumah karena perebutan tanah dengan adiknya sendiri, memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumahku. Malam hari pertama, ia mengajakku untuk tidur bersamanya. Suatu hal yang sangat sepele. Tapi aku menolaknya. Sebuah penolakan yang memberi rasa sesal. Sampai saat ini.

Nenekku mendapat stroke hanya beberapa jam setelah aku berangkat sekolah keesokan paginya. Ia dirawat intensif di salah satu Rumah Sakit besar Surabaya dekat dengan tempat tinggalku semasa kecil. Air mata mengaliri pipi mudaku. Teringat tangan keriputnya yang selalu memelukku kala aku sedih. Juga kata-kata bijaknya yang menerangi hati dan menjadi panutanku ketika aku beranjak dewasa. Nenekku selalu berkata, “jadilah perempuan yang kuat dan tegar. Sebisa mungkin belajarlah sebanyak-banyaknya dan jangan pernah menyerah.”

Kata-kata Nenekku itu yang memberi semangat kala aku menderita lumpuh di usia 5 tahun. Ia selalu menyemangatiku supaya aku tak cepat menyerah hingga akhirnya aku dapat berjalan kembali satu bulan setelah aku lumpuh. Kata-kata Nenekku pula yang membuatku belajar segala hal, mulai dari Ballet, Tari Tradisional, Melukis, Menulis puisi dan cerita, membuat program komputer sampai menjahit dan memasak.

Satu bulan setelah dirawat di Surabaya, Nenekku minta dipulangkan ke Jakarta. Melalui prosedur yang berbelit-belit menurut pikiran anak berumur 7 tahun, akhirnya Nenekku di pulangkan dengan pesawat yang dilengkapi dengan dokter, perawat, obat-obatan dan selang infuse. Hanya tiga hari Nenekku dirawat. Ia meninggal setelah berjanji padaku akan membuat baju indah untukku. Hari itu, Nenekku pergi membawa sejuta penyesalanku. Penyesalan yang selalu membayangiku bagai awan kelabu dalam pikiranku.


***
151107 – In memories of Grandma.

http://medleymovie.blogspot.com/

1 komentar:

    iiih ayassss sedihhhh :(

Blogger Templates by Blog Forum